Organisasi Pelajar dan Pemimpin
Masa Depan
Kebaradaan sebuah organisasi pelajar di lingkungan
sekolah sangatlah penting, manfaatnya sebagai “kawah candradimuka” untuk menggodok dan mematangkan mental para
pelajar, namun sekarang ini masih banyak sekolah yang hanya mengedepankan
pendidikan yang berbasis pada intelektual semata. Padahal ketika nanti terjun
di masyarakat, yang dominan (dipakai) justeru bagaimana kita memahami,
berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat, yang itu justru di dapat dari
organisasi, bukan di bangku sekolah, demikian intisari wawancara Asma’khozin
dari Koran Sore Wawasan dengan Rohani, seorang aktivis berbagai organisasi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kabupaten Wonosobo di sela-sela kesibukannya
mendampingi para pekerja Program Padat Karya Produktif (PKP) di ladang latih
Yayasan Pelangi “BARU” Indonesia (YPBI) Wonosobo. Berikut petikannya:
Asma’khozin (AK): apa yang harus
dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan bakat dan minat siswa?
Rohani (R): Sekolah
harus berani memberikan ruang yang lebih banyak kepada siswa untuk membantu
mengaktualisasikan diri dan belajar bersosialisasi dengan orang lain. Sudah bukan saatnya sekolah hanya berkutat pada
pembelajaran formal semata, harus ada terobosan-terobosan lain yang itu justeru
sangat mendukung kehidupan siswa di masa yang akan datang.
AK: mengapa hal itu penting?
R: Hal ini perlu dilakukan mengingat para pelajar merupakan
penerus estafet perjuangan dan pemimpin masa depan, kita mengenal pepatah
kondang dari Mustofa al-Ghulayaini, seorang pejuang Damaskus untuk menentang
imperealisme Inggris, dikatakan dalam kitab Idhatun Nasyi’in bahwa Subban al-yaum rijaal al-ghad”, Pemuda
saat ini merupakan calon pemimpin di masa depan.
AK: siapa yang paling berperan
untuk menyiapkan pemimpin masa depan tersebut?
R: siapapun memiliki peranan yang sama dalam upaya
menyiapkan “pemimpin” tersebut. Orang tua mendidik di rumah, Kyai mengajarkan
nilai-nilai kejujuran dan akhlakul karimah, Guru berperan aktif di Sekolah
untuk pembentukan watak dan mental para siswa.
AK: Selain itu, adakah hal lain
yang berperan?
R: ada, menurut
saya peranan
organisasi kesiswaan seperti OSIS, IPNU, IPPNU, IPM, Pramuka bahkan PMR dan
organisasi ekstra lainnya memiliki peranan besar dalam rangka pembentukan
mental siswa. Hampir
bisa dikatakan, semua tokoh besar di negeri
ini berasal dari sebuah organisasi, Bung
Karno atau Gus Dur misalnya, mereka besar bukan hanya karena faktor pendidikan,
namun juga interaksi dan keaktifan mereka dalam sebuah organisasi. Ini faktor yang
cukup dominan, karena ketika mental seseorang telah
tertata dan matang, ia akan dapat dengan mudah untuk berinteraksi dengan sesama, adaptif, kreatif dan inofatif dalam
menata hidupnya.
AK: apakah semua sekolah sudah
menerapkan/membebaskan siswanya untuk aktif dalam sebuah organisasi?
R: itulah persoalannya mas, Selama ini pihak sekolah memang
masih kurang dalam memberikan dukungan pada para siswa untuk terlibat aktif
dalam organisasi yang ada di sekolah, bahkan organisasi “resmi” OSIS-pun hanya
papan nama dan tidak ada kontribusi apapun, ini bukan karena siswanya yang
enggan berkreasi, namun lebih pada guru/pihak sekolah yang memang kurang
memperhatikan arti pentingnya sebuah organisasi. kebanyakan sekolah hanya
terpaku pada kegiatan belajar-mengajar yang saklek dan membosankan saja. Inilah
yang menjadi keprihatinan kami mas, di lingkungan ma’arif (Lembaga Pendidikan
Ma’arif NU-red) sendiri misalnya, banyak kepala sekolah yang masih kaku dan
enggan untuk mendirikan komisariat IPNU-IPPNU sebagai wadah untuk kaderisasi
calon-calon penerus perjuangan NU, Sejak saya diberi mandat sebagai Ketua IPNU
Kabupaten Wonosobo kami sudah melakukan pendekatan dan lobi-lobi ke kepala
sekolah dan stake holder lainnya.
Rata-rata mereka (para Kepala Sekolah-red)
masih berpikir sebagaimana yang Orde Baru tanamkan, bahwa organisasi “resmi” di
sekolah hanyalah OSIS, selain itu adalah ilegal. Padahal kita menyaksikan bahwa
hari ini, teman-teman Muhammadiyah telah dengan sukses mengembangkan Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Hizbul Wathon sebagi gantinya pramuka.
AK: apa manfaat luas keberadaan
organisasi bagi siswa?
R: selain beberapa hal yang saya sampaikan diatas, Jika
sejak dini siswa sudah mulai dilatih untuk terlibat di berbagai kegiatan
keorganisasian, nantinya ketika bisa menjadi pemuda/pemudi yang tangguh,kreatif
dan jauh dari kenakalan-kenakalan remaja, terutama penggunaaan narkoba dan free sex yang akhir-akhir ini mulai
menggejala dikalangan pelajar.
AK: terahir mungkin, kira-kira
menurut anda langkah apa yang harus dilakukan oleh sekolah agar organisasi bisa
tumbuh dan berkembang di sekolah?
R: Jikalau ingin memiliki sebuah organisasi yang berkembang
dan maju untuk “mencetak” atau “menciptakan” generasi muda yang handal, maka
harus berani merubah perspektif dan paradigma berfikir yang selama ini ada dan
berkembang di sekolah. Bahwa pasca tumbangnya Orde Baru, Surat Keputusan
Bersama (SKB) Tahun 1984 yang mengatur tentang penyeragaman organisasi sekolah
(OSIS) itu sudah tidak berlaku lagi, sekolah harus terbuka terhadap organisasi
induknya masing-masing, dan bebas membuat organisasi pelajar, selagi tidak
bertentangan dengan pancasila, UUD 1945 dan NKRI, inilah makna kebebasan
berserikat dan berkumpul sebagai mana yang dijamin oleh konstitusi kita.
Disamping itu, sekolah harus menjembatani para siswa untuk berkembang bukan
hanya secara kognitif saja, namun juga mentalitasnya ikut dibangun, karena
mental merupakan fondasi bagi perkembangan setiap manusia.
*)Sumber:
Harian Sore Wawasan, Minggu
1
Nopember 2009. Judul semula “Jangan hanya intelektual”, dimuat di
web-ini, semoga menjadi inspirasi untuk kita (pelajar, santri) semua (admin)
0 komentar:
Post a Comment