KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
Oleh : Ida Kusuma Wardani
Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi
dalam diri setiap orang, bawahan, kolega,
maupun atasan pimpinan itu sendiri.
A. Pengertian Kepemimpinan (Leadership)
Banyak sekali
definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang
telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian,
semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut
Hersey dan Blanchard, pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan
baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan
mempunyai keahlian. Sarros dan Butchatsky menyatakan ”kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi
aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk
memberikan manfaat individu dan organisasi”.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara
lain: Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain,
yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Kedua, seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan.
Ketiga, Kepemimpinan harus memiliki kejujuran
terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment),
kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan
untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
Walaupun
kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management),
kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan
secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan
yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat
("managers are people who do things right and leaders are people who do
the right thing "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki
bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita
mendaki tangga seefisien mungkin.
B. Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Ada dua teori tentang gaya kepemimpinan, yaitu teori genetis dan teori sosial. Teori Genetis (Keturunan). adalah teori
yang menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu
dilahirkan (bakat) bukannya dibuat).
Sementara Teori
Sosial ialah teori yang menyatakan bahwa “Leader are made and not born”
(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan
kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat
yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan
pendidikan dan pengalaman yang cukup.
Selain
pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut,
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya
merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,
serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.
C. Tipologi Kepemimpinan
Dalam
praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut: Pertama, Tipe Otokratis. Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum. Kedua, Tipe
Militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan
dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Ketiga,
Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly
protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
Keempat, Tipe
Karismatik. Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kelima, Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena
tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam
usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
D. Model Kepemimpinan.
Model
kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat
kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang
berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang
menganut pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, Model
Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Pemimpin mempengaruhi pengikutnya
melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang
disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis,
pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang
berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,
karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta
memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman
dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat
antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
Kedua, Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan
ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini
terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan
kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai
tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik
dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Ketiga, Model Kepemimpinan Ohio. Dalam
penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya
kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi Struktur inisiasi mengacu
kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan
anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran
komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun
konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan
timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan
anggota stafnya (bawahan).
Keempat, Model Kepemimpinan Likert (Likert’s
Management System). Likert menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan dapat
dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang
bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Kelima, Model Kepemimpinan Managerial
Grid. dalam model manajerial grid memperkenalkan model kepemimpinan
yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang.
Keenam, Model Kepemimpinan Kontingensi.
Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder yang berpendapat
bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung
pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat
tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi
pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi
pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar
struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur
tugas); dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).
Ketujuh, Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model
kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi ini, pada
dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas
Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini
adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi
efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan
dimensi perilaku tugas tetap sama. Kedelapan, Model kepemimpinan
kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif.
E. Managemen
Berbicara mengenai kepemimpinan, maka tidak bisa
lepas dari istilah managemen, Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan
oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.
Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,
mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini,
kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi
suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau
penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4. Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan
pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk
menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya
sebelum masalah itu menjadi semakin besar.
G. Penutup
Dari beberapa
pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi
orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2.
Unsur-unsur dalam
kepemimpinan antara lain : Mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan sesuatu, Memperoleh konsensus atau suatu
pekerjaan., Untuk mencapai
tujuan organisasi dan Untuk memperoleh manfaat bersama.
3.
Bicara kepemimpinan, maka tidak akan lepas dari
pemimpin, yang secara umum berfungsi sebagai berikut : Mengambil keputusan, Mengembangkan
informasi, Memelihara dan mengembangkan loyalitas anggota, Memberi dorongan dan
semangat pada anggota, Bertanggungjawab atas semua aktivitas kegiatan, Melakukan
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan, Memberikan penghargaan pada anggota yang
berprestasi
4.
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung
pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
5.
Dalam praktiknya, berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut: tipe otokratis, tipe militeristis,
tipe paternalistis, tipe demokratis dan tipe karismatik..
6.
Berbicara
mengenai kepemimpinan, maka tidak bisa lepas dari istilah managemen,
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
7.
Fungsi manajemen: Perencanaan (planning), Pengorganisasian
(organizing), Pengarahan (directing),
dan Pengevaluasian (evaluating)
0 komentar:
Post a Comment